
Genteng berhias yang memperlihatkan keindahan bangunan dengan membuatnya menjadi bentuk-bentuk dekoratif yang khas. Genteng berhias pernah berkembang pesat pada klasik antara abad XIII-XVI di Lumajang, tradisi pembuatan genteng ini sekarang tetap dipertahanankan oleh masyarakat di Bali dan menjadi tipe bangunan tradisional Bali

Relief yang berwujud manusia kerdil yang biasanya digambarkan menyanggah, bentuknya yang pipih merupakan pengaruh seni wayang yang merupakan ciri khas Indonesia asli. Wajah yang seram merupakan simbol penolak bala atau roh jahat.

Relief ini dianggap sebagai simbol kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan. Relief kuda ini mempengaruhi kesenian Lumajang pada masa klasik yang menjadi ikon Lumajang yaitu Kesenian Kuda Kencak.

Simbol senjata Dewa Whisnu yang berbentuk siput yang berfungsi untuk meniup sangkakala.

Suatu benda yang berfungsi untuk bunyi-bunyian atau sebagai tanda, klintingan yang berbahan kuningan merupakan bagian dari sebuah genta orag yang dipergunakan oleh pendeta dalam upacara bagi umat Hindu (Ditemukan oleh Ibu Insana).

Botol yang dibuat dari kaca dengan pembakaran sampai 1300áµ’ C, botol ini merupakan tempat untuk air minum atau tuak yang berkembang pada masa klasik.

Pararaton, sebutan lainya Kitab Para Raja, Kitab Para Ratu atau juga Kitab Para Datu, puisi sejarah tentang asal-usul kerajaan Singhasari, pendahulu Majapahit, kemudian Majapahit sendiri. Pararaton dibuat pada tahun saka "Keinginginan Sifat Angin Orang" atau: 1535 atau 1613 M, 11 tahun ketika Belanda menginjakan kaki di tanah Jawa, yang konon katanya di tulis dalam bahasa Kawi -Jawa Kuno, identitas pengarang tidak diketahui, anonym.

Peralatan Senjata yang ditemukan perkiraan Abad XVI-XVIII, Alat berperang atau berburu sejalan dengan perkembangan peradaban tombak berasal dari bahan tulang atau batu yang diganti dengan logam. Tombak ini merupakan benda pusaka milik R.M Singowigoeno

Senjata tusuk genggam, lekukan keris disebut luk. Pola hias keris disebut pamor.