top of page

Sejarah Lumajang

Nama Lumajang berasal dari kata “LAMAJANG” yang diketahui dari hasil penelusuran Sejarah, data Prasasti, Naskah-naskah Kuno, bukti-bukti Petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar.

Beberapa bukti peninggalan sejarah yang menyebutkan tentang Lumajang adalah :

1. Prasasti Mula Malurung

2. Naskah Negara Kertagama

3. Kitab Pararaton

4. Kidung Harsa Wijaya

5. Kitab Pujangga Manik

6. Serat Babat Tanah Jawi

7. Serat Kanda

8. Kidung Sorandaka

9. Kidung Panji Wijayakrama

10. Kidung Ranggalawe

11. Prasasti Kudadu

12. Prasasti Sukamerta

Didalam perjalanan sejarah Lumajang terbagi atas 2 masa yaitu :

1. Masa Prasejarah

2. Masa Sejarah .

Pada masa Sejarah Kelasik, sebenarnya daerah Lumajang sudah dikenal keberadaannya dan banyak dikunjungi oleh masyarakat dari luar daerah sejak masa Kerajaan Kediri (masa pemerintahan Raja Kameswara pada tahun 1182 M), dimana daerah Lumajang sudah berkembang menjadi sentra-sentra keagamaan karena kepentingan ritual para pejabat kerajaan Kediri dalam rangka melakukan ritual agama Hindu di gunung Semeru (berkaitan dengan hal tersebut banyak ditemukan peninggalan sejarah seperti Arca Pada, Prasasti Ranu Kumbolo, Prasasti Tesirejo serta beberapa peninggalan bekas tempat ritual agama Hindu di daerah lereng Semeru). Hal ini yang kemudian menjadi ea lam mengapa Pura Mandhara Giri Semeru Agung sebagai Pura yang diyakini sebagai Pura tertua se Asia Tenggara oleh umat Hindu berada di Kabupaten Lumajang serta pengambilan air suci untuk ritual agama Hindu berada di daerah Watu Klosot (lereng semeru).


Setelah Kerajaan Kediri runtuh dan digantikan oleh Kerajaan Singasari, dimana pada masa Kerajaan Singasari inilah awal dari adanya suatu pemerintahan di daerah Lumajang yaitu pada masa pemerintahan raja Singasari yang ke empat (Raja Nararya Sminingrat/Wisnuwardhana/Ranggawuni). Hal ini disebutkan didalam Prasasti Mulamalurung pada lempengan VII halaman a baris 1 – 3 pada tahun 1177 Saka (1255 M), dimana Nararya Kirana dinobatkan sebagai penguasa Lamajang pada tahun 1977 Saka (1255 M) oleh ayahnya Raja Nararya Sminingrat dan sejak saat itulah Nararya Kirana sebagai penguasa Lumajang yang pertama kali.


Pada saat berdirinya Kerajaan Majapahit pada tahun 1293 M dengan rajanya yang pertama Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dimana pada saat itu karena jasanya Arya Wiraraja kepada Raden Wijaya maka Arya Wiraraja kemudian dianugerahi wilayah kerajaan Majapahit sebelah timur yang meliputi Bali, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember, Probolinggo dan Madura yang dikenal dengan sebutan Kerajaan Lamajang Tigang Juru (Lumajang tiga wilayah yang meliputi wilayah Blambangan, Besuki dan Lumajang). Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan bekas pusat kerajaan berikut benteng pertahanannya seluas 135 Ha yang merupakan kawasan dari Situs Biting pada saat ini. Arya Wiraraja sebagai penguasa Kerjaan Lamajang Tigang Juru pada saat itu merupakan suatu kerjaan yang otonom dan tidak berada dibawah kekuasaan kerjaan Majapahit hingga pada tahun 1316 M.


Pada masa Kerajaan Mataram Islam (Raja Panembahan Senopati pada tahun 1588-1601 M), daerah Lumajang dan sekitarnya berhasil direbut kembali dibawah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam pada saat penaklukan daerah sebelah timur Lamajang (sekarang Lumajang) dan Renong (sekarang Kutorenon) oleh pasukan Kerjaan Mataram Islam yang dipimpin Ki Tumenggung Alap-alap yang berada di daerah Winongan atas perintah Raden Suro Tani.


Dari latar belakang perjalanan masa sejarah klasik Lumajang yang meliputi masa kerajaan Kediri, Singasari, Majapahit Timur (Lamajang Tigang Juru) dan Mataram Islam yang sisa-sisa peninggalannya sampai saat ini masih ada, maka sesungguhnya Kabupaten Lumajang menyimpan potensi budaya yang tentunya sudah terbangun sejak lama sesuai dengan perkembangan peradaban masyarakat pada masa lalu.


Budaya atau Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Oleh karena itu budaya dapat diartikan pula sebagai apa yang dianggap baik oleh akal dan budi kemudian dikristalisasi sehingga dapat direalisasikan dan dapat dilakukan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan.


Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, ea l, adat istiadat, kemampuan-kemapuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.


Didalam Prespektif Budaya Lumajang dimana hal ini berkaitan erat dengan latar belakang sejarah masa lalu, maka ada beberapa hal penting yang berkaitan erat antara Budaya Bali dengan Kebudayaan Lumajang, yaitu :

1. Sesungguhnya sentra ritual agama Hindu di Pulau Jawa berada di Lumajang (berdasarkan sejarah yang ada), sehingga hal ini menjadi ea lam bahwa pusat ritual agama Hindu masyarakat Bali berada di Lumajang;

2. Adanya komunitas keturunan raja Lumajang (Arya Wiraraja) yang berada di Bali yaitu Paiketan Wang Bang Pinatih, sehingga masyarakat Bali tersebut mengakui sebagai keturunan dari para leluhurnya yang berada di Lumajang.


Garis Benang Merah Sejarah inilah yang sebenarnya menjadi bagian penting dari Budaya Lumajang disamping adanya komposisi beberapa suku yang ada di Kabupaten Lumajang yaitu suku Jawa, Madura dan Tengger yang dimungkinkan mempunyai pengaruh besar terhadap tumbuh dan berkembangnya Budaya Lumajang itu sendiri.

Recent Posts
Archive
Search By Tags
bottom of page